Selasa, 03 Juni 2014

RAFIKA DURI






 Bila Hati Tertusuk’ RAFIKA DURI

Namanya Rafika Duri.  Sebuah nama unik Asli pemberian orang tuanya,  tentunya sudah akrab di telinga masyarakat penikmat musik Indonesia dengan sentuhan suaranya yang khas menyejukkan. Dan paling menakjubkan, Fika panggilan sayang keluarga dan teman sesama insan musik. Masih terlihat anggun dan bersahaja di usianya yang ke 48 tahun ketika penulis jumpai dikediamannya yang asri di daerah Pejaten, Pasar Minggu.  Tepatnya, lahir di Pulau Lepar kabupaten Bangka, 20 Januari 1960 dari orang tua yang menguasai instrumen Biola secara otodidak. Hal paling penting ditulis dari Fika, sejak berusia balita sudah lekat dengan  dunia seni suara karena keluarga besarnya yang terdiri dari Tujuh bersaudara (5 Perempuan dan 2 Pria) semuanya mengalir deras darah seni ditubuhnya. Mereka sering dilibatkan oleh orang tuanya yang menjabat sebagai Camat di Sungailiat (sekarang, menjadi Provinsi Babel) dalam menjamu tamu-tamu Asing (Belanda) maupun tamu-tamu dari kalangan Pribumi, baik dirumah besarnya maupun di ‘Kamar Bola’ tempat orang-orang Belanda bermain musik dikala itu. Di usia Lima tahun, Fika sudah unjuk kebolehan bergaya dan bernyanyi di depan kerabat maupun tamu-tamu orang tuanya “Ayah selalu membanggakan saya di depan tamu-tamu dan menyuruh menyanyi… Anak saya pintar menyanyi…ayo Fik!, nyanyi”.  Kenang Fika, sosok Ayahnya almarhum Kemas Duri.  Fika  juga mengakui, “Dimasa kecilnya, ia pemalu dan sering bersembunyi di balik pintu bila bernyanyi”. Namun, masa kanak-kanaknya juga diwarnai kesedihan karena ayahandanya tercinta meninggal dunia pada tahun 1971, tak begitu lama setelah menjadi juara II pada Festival Pop Singer 1970 di Bangka “Saya masih ingat pesan terakhir ayah…Fik!, kamu punya bakat…kamu harus mewuju- kannya di Jakarta?”.

Hijrah ke Jakarta,
Bakat menyanyi Rafika Duri berlanjut setelah menginjakkan kaki di Ibu Kota dan ke Tiga kakak perempuannya yang terlebih dahulu menetap di jakarta sangat mendukungnya dan mengikutkan Kursus olah vokal dari guru Djoko Sutrisno (orang TVRI) yang mengajarkan teknik vokal dasar dan sesekali ikut acara program TVRI “Bintang Kecil”  yang diasuh oleh Ibu Kasur, Ibu meinar & Johny Herman. Sejalan dengan waktu, Fika Remaja sudah menjadi pelajar di SMP Negeri 80 Halim Perdanakusumah, hampir setiap tahun mengikuti ajang Festival Pop Singer mewakili Jakarta bersaing dengan Trio penyanyi Festival ‘Hetty Koes Endang, Grace Simon & Emillia Contessa’ . Sampai suatu saat, ada kejuaraan Pop Singer Remaja Tingkat Nasional (1975), Rafika Duri dan Harvey malaihollo terpilih sebagai predikat penyanyi terbaik untuk kategori Pria dan Wanita. Kelak, keduanya dijodohkan dalam serangkaian album duet yang diproduksi Musica Record.

Mulai Rekaman,
Di tahun 1976, Rafika Duri merilis album perdanya yang ditulis oleh A Riyanto di beri judul hampir sama dengan namanya Hati Tertusuk Duri lagu yang bertema tentang ‘Penghianatan, Amarah dan Kepasrahan’,  Loh!…mas Kelik…kok judulnya begini?’ saat Fika bertanya.  Tapi, dengan kalemnya A Riyanto menjawab “Kan sama dengan nama kamu!…Coba saja kita liat nanti, pasti seru deh hasilnya!”. Dan, benar saja secara luar biasa album ini meledak di pasaran dan laris manis di telinga para pendengar. Keberhasilannya, juga tak lepas dari Doa dan dukungan keluarga besarnya dan tentunya tak lepas dari gemblengan komposer Legendaris A Riyanto sehingga kerjasamanya berlanjut ke album-album berikutnya yang menghasilkan hits maker antara lain: Dilanda Cinta, Ibu, Hanya Untukmu, Isabella, Teman SLA & Cinta Panas Membara. Demikian juga, album duetnya bersama Harvey Malaihollo patut diperhitungkan, seperti:  Bisikan Mesra, Cinta Kembara, Satu Untuk Berdua Kurnia dan Pesona & kau janji. Dahsyatnya, dua dari albumnya solonya tersebut, seperti: ‘Hati Tertusuk Duri dan Hanya Untukmu’ mampu mengantarnya menerima Piring Emas.  Yang pasti, fenomena kehadirannya mewarnai musik Indonesia ‘sangat diakui’ dari masyarakat berbagai kalangan.

Festival International,
Keikut sertaan Rafika Duri dalam Festival Pop Singer dan Festifal Lagu Popular Nasional adalah keberhasilan sebuah keajaiban, karena dikelilingi oleh lingkungan pakar musik seperti Iskandar (Vokal), A Riyanto (Pop), Idris Sardi (Illustrasi), Ireng Maulana (Jazz) & Handiatmo (Keroncong). Mereka mengajarkan teknik-teknik mengontrol suara, melatih nafas dan kesabaran maupun penggunaan suara palsu (Falsetto) dan penggunaan suara kepala (Kofsten). Sehingga, kariernya dari ajang Festival dalam Negeri melangkah mulus ke Go Internasitional. Di buktikannya dengan keberhasilannya menjadi pemenang Gayageum Award Seoul Song Festival I (1978) untuk lagu “Hanya Untukmu” yang diciptakan A Riyanto dan di aransemen Idris Sardi.  Demikian pula pada, World Popular Song Festival In Tokyo (1982).  Bersama Lex’s Trio mendampingi Harvey malaihollo dengan lagu “Lady” ciptaan Anton Issoedibyo, berhasil memperoleh Winner Of  Kawakami Special Award.

Pindah Aliran Bossas,
Memasuki tahun 80’an, Berkat pertemuannya dengan musisi Jazz kenamaan Ireng Maulana di Musica Studio. Sehingga, menawarkan kolaborasi manis yang bernama Bossanova Indonesia mengusung lagu Tersiksa Lagi yang pernah dipopularkan Utha Likumahuwa. Rafika Duri tidak hanya sebagai Pendobrak, bahkan berhasil memboyong  Piring Emas hasil penjualan albumnya yang melampaui omzet dan kemudian diikuti oleh epigon-epigonnya yang juga sukses seperti: Nia Daniaty, Betharia Sonatha dan Dina Mariana. Musik beraliran new beat ini,  merupakan penggabungan ritme samba dari Brazil dengan kehalusan dan keharmonisan cool Jazz. Salah satu contoh, penyanyi Astrud Gilberto dengan hitnya Girl From Ipanema menjadi salah satu acuan dari seorang Rafika Duri. Walau Fika besar dalam nuansa pop, tak menyurutkan niatnya belajar hal-hal baru dan menjadikannya sesuatu yang tidak cuma sekedar tempelan saja dalam melangkah. Seperti yang dibuktikannya kembali, menghasilkan hit single pada album-album berikutnya Citra, Untuk Dikau, Bila Aku Rindu, Kasih, Kemesraan dan Bunga Kasih. Bagi penggemar yang rindu “bau” Jazz persembahannya di tahun 2008, Rafika Duri sudah merampungkan dan dapat dinikmati hasil kolaborasinya dengan Tompi merekomendasikan sejumlah karya anak band muda-muda seperti:  Ungu (Demi Waktu), Letto (Ruang Rindu), Naff  (Engkau Kekasihku)  dan selebihnya lagu-lagu yang pernah dipopulerkan oleh Fika sendiri.

Penyanyi Istana,
Tidak banyak yang tahu, Rafika Duri termasuk salah satu penyanyi Indonesia yang sering menghadiri acara Pisah Sambut Pejabat atau Tamu-tamu Kenegaraan. Mulai dari era rezim Soeharto, BJ. Habibie, Megawati, Gus Dur dan Susilo Bambang Yudoyono (SBY). Bagi Fika, yang paling mengesankan adalah saat kenangannya bersama almarhumah Ibu Tien Soeharto. Ketika Fika pertama kali menjadi Penyanyi Istana, di kesempatan acara pembukaan Bowling di Hotel Kartika Chandra. Ungkap Fika, “Almarhumah…meminta saya menyanyikan lagu dialbum ketiga saya ‘Ibu’…!!”. Sepenggal lirik yang ditulis A Riyanto, “Ibu.. Dengarlah ibu /Mohon Restumu Ibu /Kini Tibalah Waktu /Engkau Melepasku”. Yang pasti kehadirannya di lingkungan Istana Kenegaraan dinikmatinya dan membuatnya sangat bangga bisa berjumpa dengan Kepala Negara, dimana orang lain sulit ketemu.  Hal itu dipaparkan langsung oleh Fika, saat penulis mewawancarainya.

Dukungan Keluarga,
Perkenalannya dengan Dokter Sonny Issoedibyo terjadi pada tahun 1978 ketika  Rafika Duri menjadi Bintang Tamu di Radio Geronimo Jogyakarta, dimana Sonny  sebagai pendiri dari radio tersebut.  Saat itu radio geronimo menjadi tempat  mangkalnya mahasiswa-mahasiswi UGM (Universitas Gajah Mada) termasuk, Djatu Parmawati, Aan dan Wiwid.  Bahkan kelak atas rekomendasi sonny-lah Djatu cs mengisi formasi kelompok vokal group Geronimo II yang dipimpin oleh Anton Issoedibyo.  Diluar dugaan, pertemuannya dengan Sonny berlanjut  secara tidak sengaja di Musica studio-Jakarta. Kala itu Sonny, yang ternyata adik dari dedengkot Geronimo, Anton Issoedibyo sedang bertandang menemui sang kakak. Dari sanahlah benih-benih cinta mereka mulai merebak, sampai akhirnya keduanya memutuskan untuk berikrar  di depan Penghulu tahun 1982.  Fika menuturkan “Awalnya, saya sama sekali tidak tahu kalau Papah dari anak-anakku adalah adik dari Anton Issoedibyo… Kami berkomitmen untuk tidak saling mengganggu, tapi saling mendukung satu sama lain di bidang yang kami geluti”.  Pernikahannya yang bahagia ini, sudah menghasilkan Tiga Putra-putri yang menginjak remaja “Bagus, Febrina dan Laras”. Beruntung bahwa disela-sela kesibukan rutinnya sebagai Ibu Rumah Tangga, Fika mendapat dorongan yang terus menerus dari sang suami dan ketiga buah hatinya untuk melapangkan langkah karirnya dan menjadi bagian  penting yang selalu di tunggu-tunggu oleh jutaan penggemarnya… Amin!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar