Jumat, 31 Mei 2013

JESSY WENAS




JESSY WENAS

Penulis; Jose Choa Linge,


Namanya ‘Jehezkiel Robert Wenas’ putra dari Direktur Rumah Buta Bandung ‘Lodewijk Wenas’ yang sangat menguasai alat musik Biola dan Saxophone, ayahnya meninggal diusia 92tahun pada tahun 70’an saat nama Jessy Wenas diPucuk ketenaran.

Saat bersamanya dikediaman Jl Kirey – Kampung Tengah, Kramat Jati- Jakarta Timur, sesuatu yang menyentuh hati nurani dan bertanya-tanya dalam hati beginikah kehidupan seorang penggubah lagu legendaris haruskah tinggal dirumah sangat sederhana tanpa udara segar dan aroma tak sedap diapik antara rumah-rumah lainnya yang sangat sehat?. Kemana saja Pemerintah Negeriku dan kemana saja hati Nurani mereka membiarkan seorang ‘Maestro’ Pahlawan Seninya hidup memperihatinkan. Dahulu dia telah hasilkan devisa dan keHaruman nama Indonesia tanpa meminta dia telah kibarkan Merah Putih kenegara-negara lainnya dan apa balasannya kini?. Ya Tuhan, sesuatu kembali mengiris hati saat dimana satu pertanyaan dari saya tentang perhatian pemerintah selama masa berkarir untuk negerinya dari tahun 60’an hingga kini sudah mendapat apa?, terjawab bahwa ‘ baru menerima penghargaan Maestro Seni Tradisi & Anugerah kebudayaan tahun 2011 dari Kementrian kebudayaan & Pariwisata RI Direktorat Jendral Nilai Budaya Seni & Film.

Pria kelahiran Tomohon-Minahasa’14 April 1939, masih mengingat saat menghabiskan masa kecilnya di Minahasa di tahun 1957 sambil bermain gitar bersama kawan-kawan kecil sepermainan yang dia namakan permainan ‘Jinje’. Dia baru meninggalkan kota kelahirannya menuju kota Bandung melanjutkan Sekolah Menengahnya pada tahun’1957 dan melanjutkan kesekolah perguruan ITB jurusan Seni Rupa 1961 dan baru hijrah menjadi penduduk Jakarta pada tahun 1967. Darah seninya benar-benar terpanggil saat masa sekolah menengah dia sudah bergabung bermain Band di Group ALULAS pimpinan Samsuddin (Kelak dikenal BIMBO), personilnya selain Sam/Vokal, Acil/Vokal, Jessy Wenas/Lead Gitar, Guntur Soekarno Putra/Lead Gitar, Vibraphone& Drum, Iwan Abdulrahman/Bass dan Imam/Melody pada tahun 1958 mengusung lagu-lagu Amerika Latin, Barat dan melakukan pertunjukan diHotel-hotel berbintang di Bandung dan sekitarnya.

Kemudian Band ALULAS berganti nama menjadi Band ANEKA NADA, masih personil semula Sam/Vokal, Acil/Vokal, Jessy Wenas/Vokal&Lead Gitar, Guntur Soekarno Putra/Gitar, Vibraphone & Drum, Iwan Abdulrahman/Bass dan Memet Slamet/Vokal tahun 1960. Kelompok ini hasikan album ‘Tiada Salah’ diproduksi Irama dinyanyikan secara duet Jessy Wenas & Alfons. Konon dimasa itu kelompok ini sangat terkenal di Kota Bandung dan sama terkenalnya dengan kelompok lainnya seperti ARULAN/Pimp.Sjahrul G Bajumi, KUS BERSAUDARA/Pimp.Tonny Koeswoyo di Jakarta atau AKA/Pim.Ucok Harahap di Surabaya.

Jessy Wenas, mengingat sangat lagu pertama yang diciptakannya untuk YANTI SISTER berjudul ABUNAWAS, Si Gareng, Musim Menuai dan Kisah SeTangkai Daun pada tahun 1961 direkam studio Irama. Kemudian lagu ABUNAWAS (versi Instrumental) ini kembali direkam ulang studio Remaco pada tahun 1966 oleh Kelompok KWARTET BINTANG/Pimp.Jessy Wenas/Lead Gitar dengan peronel tambahan seperti ‘Guntur Soekarno Putra/Melody, Memet Slamet/Vokal dan Dodo/Bass & Drum dengan sederet lagu antara lain ‘ Putri Malu,Borobudur (Instrumentalia), Wolter Monginsidi, Masa Lalu, Daku Dewasa, Musim Menuai (Instrumental), Burung Gereja, Nyai Roro Kidul, Pak Tani, dll.
Ada kisah dibalik lagu ABUNAWAS yang diciptakannya, pernah digunakan oleh sekelompok Mahasiwa/siswi demonstran dengan mengganti liriknya menjadi lagu yel-yel sebagai senjata menghantam pemerintahan masa Orla kepemimpinan Presiden Soekarno. Saat dimasa pemerintahan Bung Karno pada tahun 1966 dimana demonstrasi pada tanggal 10 Januari 1966 menghasilkan Tri Tuntutan rakyat (TriTuRa), yakni : (1).Bubarkan PKI, (2).Rombak Kabinet Dwikora, (3).Turunkan Harga, dalam aksi ini mencuatkan nama Hadely Hasibuan SH yang sanggup menerima tantangan Bung Karno untuk menurunkan Harga. Sayangnya masa pemerintahan Bung Karno sudah berpindah ketangan pemerintahan ORBA oleh presiden Soeharto dan nama Hasibuan tenggelam diam tak bersuara meringkuk dalam penjara dengan tuduhan sebagai tahanan politik.

Sebagai seorang ‘pencari bakat’ dari kelompok pencipta lagu bersama gengnya ‘Jasjir Sjam, Wedhasmara, Mus K Wirja, A Riyanto, Zaenal Arifin, mereka mendapat tugas dari sang bos Remaco Mr Eugene Timoty mencari penyanyi-penyanyi baru yang potensial di daerah-daerah untuk dididik kelak menjadi super star, muncullah nama-nama Titiek Sandhora(SOLO), Anna Mathovani(Bandung), Nenny Triana(Bandung), dll. Kelompok ini bertugas menyiapkan Lagu,band pengiring dan oleh bos Remaco mereka diwajibkan dalam satu album rekaman seorang penyanyi setidaknya terdapat satu lagu ciptaan dari kelompok ini ada yang meledak dan bila tidak maka mereka mendapat hukuman, beruntungnya motivasi yang diterapkan sang bos memberi spirit bagi mereka membuat yang terbaikdan terbukti disetiap album rekaman penyanyi tersebut setidaknya terdapat lebih dari satu-dua lagu yang meledak.

Tengoklah sejumlah lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi solo pria dan wanita bahkan duet, berhasil diciptakan oleh Jessy Wenas dan mengangkat nama penyanyinya seperti: Bob Tutupoli- Mengapa Tiada Maaf, Tetty Kadi- Tiada Maaf Bagimu,Pramugari Udara, Deddy Damhudy- Peluklah Daku dan Lepaskan, Titiek Sandhora-Si Jago Mogok,Lotto Harian,Si Boncel, Di tepi Danau Tondano, Si Bogel, Alfian-Semalam DiKota Bogor, Aida Mustafa-Lido, Ernie Djohan- Semau Gue,Pemalu, Mutiara Yang Hilang (kemudian diklaim oleh Agus Muhadi), Lilies Suryani-Penyelam Mutiara, Anna Mathovani-Antara Pria & Wanita, Oma Irama-Diam-diam Jatuh Hati, Bing Slamet-Mat Tjomblang, Oma Irama& Inneke Kusumawati-DiRumah Saja, Oslan Husein-Bila Sedang Sendiri, Suzanna& Dicky Soeprapto- Jangan Lagi Kau Pergi, Lily Junaedy- Insan Kesepian, Dalam Kesunyian, Jetty Widjaya- Masa Bodoh, Nola Tilaar-Anak Piatu (Album Anak-anak), Yenny-Kucing Sakit Gigi (Album Anak-anak), Dina Mariana-Kancil Dan Buaya, Cecak Dan Kucing (Album Anak-anak), Sandra Dewi-Asoy (Album Anak-anak), Lanny Sister-Bertamasya, dll.

Saat perjumpaan ini, saya jose mewakili sahabat-sahabat Panitia berinisiatif bertemu muka dengan sang Maestro Jessy Wenas yang kebetulannya adalah tunggal untuk dibuatkan malam kasih sayang oleh LIONS CLUB KEINISAH-Casablanca, semoga rencana di bulan Juni 2013 ini akan terlaksana sebagai kepeduliannya kepada Insan seni dalam kesejahteraannya dengan penuh cinta kasih tanpa membedakan Ras dan Agama. Terlebih Jessy Wenas pada tanggal’27 November 2012, baru saja menjalani operasi jantung di Rumah Sakit Harapan Kita dan hingga hari ini masih memerlukan biaya pengobatan jalan yang tidak sedikit jumlahnya dan LIONS CLUB siap akan mengadakan Charity Night dengan menyertakan penyanyi-penyanyi dari artis-artis Ibu kota yang sudah menjadi members. Mohon do’a kepada sahabat-sahabat semua sehingga niat baik kami mendapat suport dan dukungannya, Tuhan memberkahi langkah kita semua bila sebuah kebaikan dan niat tulus membantu kelangsungan hidup seseorang, Amin.

4 komentar:

  1. Terima kasih atas dukungannya..

    Hari ini beliau berada di Rs. Dr. Kandou -Manado untuk menjalani operasi usus buntu.
    Papa Jessy Wenas berangkat ke Manado dalam rangka Upacara penyerahan gelar adat di batu Pinawetengan, acara berlangsung sukses.
    Hari kamis,11 Juli 2013 tiba-tiba beliau anfal dan dilarikan ke Rs.Dr.Kandou. hasil diagnosa papa kena usus buntu dan harus dioperasi.
    Rencananya mau dioperasi di jakarta, namun karena kondisi tubuh yang lemah kemudian diputuskan di manado saja.

    Saat ini masih dalam observasi dokter untuk persiapan operasi usus buntu, karena belum lama operasi jantung jadi tim dokter harus lebih hati-hati.
    Mohon doanya.

    BalasHapus
  2. Ya Allah... maaf sekali mbq Sarah Wenas, jose baru buka Blog dan baru membaca pesan ini... Rasa terkejut yang tiada kira mendengar kabar ini, semoga om Jessy Wenas baik2 saja dan diberi kekuatan dan kesehatan dariNYA..Amin Ya Robbal Alamin

    BalasHapus
  3. Semoga para senior di bidang musik Indonesia selalu dilindungi Allah swt. amin.

    BalasHapus
  4. Hadely Hasibuan bukan tahanan politik. Beliau terakhir menulis di kartini, pertiwi dan sejumlah buku

    BalasHapus