Senin, 18 Februari 2013

SWADDHITRA BAND

SWADDHITRA BAND

Bermula lahir dari kelompok vokal group dan paduan suara dari SMA Negeri 4- Jln.Batu, Gambir-Jakarta Pusat, dimana mereka saat itu masih duduk dibangku kelas 2 dan kelas 3, satu sekolah & kolaborasi sekolah SMA Sunda Kelapa dengan pelatih vokal ‘Johny Lantang yang kemudian menawarkan nama mas Guruh Soekarno Putra atau Harry Rusli sebagai guru vokal dan rutin berlatih dikediaman Sisi Razak (salah satu anggota) Jl.Bonang-Proklamasi. Kesepakatan dari anak-anak ini merujuk nama Guruh SP untuk dilatih dan berlanjut anak-anak yang terdiri 15 orang dari gabungan 2 sekolah sering dipanggil ke jalan Sriwijaya kediaman mas Guruh untuk diberi pengarahan Seni Musik, Vokal, Tari dan bahkan mereka sering menginap bila kemalaman.

Barin RD sang mentor kemudian berceritra asal muasal berdiri kelompok SWADDHITRRA, ‘sekedar iseng buat Demo Musik dan menawarkan ke Akurama Record lewat ‘Herman Nasution’ karena merasa tertangtang naluri musiknya yang merasa terSengat dari tetangga sebelah kiri dan kanan rumahnya di Jalan, Pegangsaan-Menteng diapik para seniman Musik yang sudah berjaya ‘Nasution Bersaudara dan Chrisye. Kemudian diluar dugaan Demo Lagu‘Barin yang sekedar iseng berbuah beneran ditanggapi pihak produser rekaman dan meminta bukan sekedar mencipta lagu tapi juga sebagai penyanyi dari albumnya, sayangnya kesempatan baik ini ditolak oleh ‘Barin alih-alih mernawarkan diri bentuk group band beralasan karena keterbatasan suaranya yang dianggapnya pas-pasan dan disepakati oleh kedua belah pihak.

Nama pemberian Guruh Soekarno Putra adalah SWADDHITRA artinya ‘SwaraMaharddhika Putra’ yang beranggotakan anak-anak dari binaan mas ‘Guruh Sp yang terpilih antara lain: Musja Joenoes/Keyboard, Budi Prasmoektyo/Drum, Barin RD/Gitar, Johny Lewerisa/vokal&Gitar, Hendro S/Bass, Gatot HP/Flute, Herman Nasution/Vokal, Totom Kodrat/Piano didukung suara Latar seperti ‘Titi DJ, Shanty Hamzah, Rina Aldin terbentuk bulan Agustus 1981. Album perDANAnya bertajuk ‘Pesona Alam’ adalah karya dari anak-anak kelompok ini, mengusung juga karya dari Guruh Soekarno Putra ‘ ‘Nostalgia 1975 (Mau Kemenong)’ dan Damba Kasih/cipt.Barin RD mampu memberi suguhan tembang Pop bersentuhan Rock dan maraih tangga lagu-lagu menguasai Radio-radio Ibu Kota Jakarta, Bandung dan sekitarnya dan tentunya pintu show sudah terbuka lebar bagi kelompok ini.

Kesuksesan album pertamanya, kelompok ini tidak langsung melempar album lanjutannya terburu-buru, mereka masih menunggu waktu tepat karena kesibukan para anggotanya terlibat di kegiatan Pagelaran Karya Cipta Guruh Soekarno Putra ‘Untukmu Indonesiaku, Cinta Indonesia, Gilang Indonesia Gemilang. Baru pada tahun 1983, mereka sudah mempersiapkan album keDUAnya yang berTitle ‘Cepat’ karya dari mas Guruh SP dan baru rilis di tahun.1984. Album keDuanya bolelah dibilang sukses dengan sejumlah lagu andalannya seperti ‘Sejuta Kasih/cipt.Harry Sabar, Laju Malam Ini/cipt.Musja Joenoes, menghadirkan sejawatnya para Musisi ‘Harry Sabar, Tito Sumarsono, Margono Subagio dan penyanyi latar ‘ Shanty Hamzah & Rina Aldin, Titi DJ sdh tidak terlibat dialbum keDuanya Swaddhitra dengan personal sisa berENAM saja ‘Moesja Joenoes, Barin RD,Gtot HP, Johny Lewerisa dan Hendro S.

Kelompok Swaddhitra, benar-benar sangat dinanti-nanti para anak-anak muda dimasa 80’an setidaknya mereka sudah hafal bermusik anak-anak binaan dari mas Guruh SP dan tak perlu ragu untuk membeli albumnya bukan hanya sekedar di koleksi tapi sebagai inspirasi bermusik para anak-anak muda yang berselaera tinggi dimasa itu. Kemudian kelompok ini benar-benar eksis, tidak perlu menunggu lama untuk melempar album keTIGAnya karena setahun kemudian mereka hadir pada album ‘Karena Uang/Cipt. Junaedy Salat. Sayangnya kelompok ini ada pergantian pemain di mana ‘Budi Parsmoektyo sdh tidak terlibat dikelompok ini dan masuk musisi penggantinya ‘Uce Hundioro/Drum, mengusung Guet Star ‘Irawadi/Vokal dan melibatkan nama-nama Musisi Besar Indonesia ‘Harry Sabar, Junaedy Salat, Guruh Soekarno Putra, Dede Anwar Putra, cukuplah memberi sentuhan cita rasa mewakili anak-anak muda berselera tinggi.

Mengawali tahun 2013, saya dibuat tercengang dengan pengakuan ‘Barin RD dan diAmini Hendro S, mereka akan muncul di album keEMPAT dan sembari kelakar kelompok ini akan diberi nama SMU 50 yang diartikan ‘Suara Muda Usia 50tahun. Tentunya para personilnya bukan lagi anak-anak Muda berusia 20Thn, melainkan sudah merambah usia setengah abad para anggotanya seperti ‘Barin RD (55Thn), Gatot HP(53Thn), Musja Joenoes (53Thn), Hendro S(53Thn), Johny Lewerisa (55Thn) & Budi Prasmoektyo(54Thn). Bisa jadi juga para personil yang sekarang ini bisa saja para Junior dari anak-anak mereka atau bahkan dari para sahabat musisi lainnya yang dilibatkan, dengan catatan apabila dari para anggota lamanya sudah sulit bersatu lagi karena urusan Pekerjaan kantor yang tidak bisa ditolerir lagi.

Sang menteor ‘Barin RD dan Hendro S menAmini bila nama Group SWADDHITRA BAND masih mereka usung seperti awal mereka datang di Blantika Musik indonesia, rencananya bulan Maret masuk studio dan sudah mempersiapkan 2 atau 3 lagu dikemas dengan nuansa musik yang lain dari yang lain sebelumnya dan tetap orientasinya Pop namun bersentuhan cita rasa Brazil ungkap ‘Barin. Lain lagi dengan ‘Hendro S mengakui bahwa, kehadiran kelompok ini semata-mata atas undangan para Alumni SMA Neg.4 yang lulus di tahun 83 akan menggelar pesta Akbar dan puncaknya Swaddhitra adalah kelompok band kebanggan Sekolah Menengah Atas Negeri.4 yang rencananya akan digelar di Istora Senayan bulan October 2013 yang akan datang akan memberi suguhan terbaiknya. Semoga saja dengan kehadiran kelompok ini bukan saja hanya untuk sekedar perhelatan pesta alumni saja, namun akan tetap eksis di Blantika Musik indonesia memberi hiburan para pencintanya untuk menjadi kebanggaan bahwa mereka yang dulu vakum selama 28 tahun akan muncul sama seperti dimasa mereka baru pertama kali muncul...Semoga!!

Jumat, 15 Februari 2013

ELLY KASIM


Bila Si KETILANG MINANG BerKICAU....

Patut diacungi jempol bagi seorang ELLY KASIM, usianya yang sudah mencapai 69Tahun tak mau menyudahi masa eksistensinya didunia Musik Ranah Minang. Sejak tahun 60'an sudah memilih jalur musik orang Awak yang sudah berbaur menjadi musik Universal dan sudah dinikmati kalangan masyarakat yang beragam Budaya dan suku ini, jauh sebelum kemunculannya tahun50'an sudah muncul kelompok Orkes GUMARANG yang sudah menjadi bagian dari Musik Indonesia.

Elly Kasim adalah juga tercatat di sejarah Musik Tanah Pasundan sebagai penyanyi Minang pertama, memPopulerkan sebuah lagu berjudul 'Peuyeum Bandung', kemudian muncul 'Oslan Husein' lewat lagu 'Sorangan Wae'. Kepopuleran namanya berhembus cepat tertiup angin di simenanjung Melayu di Negara Seberang tidak saja mendendangkan Lagu2 Minang tapi juga Irama Melayu. Tercatat keharuman namanya semerbak, dipelosok Nusantara sampai ke hampir seluruh Negara Eropa,ASIA dan bahkan Amerika sudah pernah disinggainya membawa kesenian Minang sebagai Duta Musik.

Elly Kasim, sudah mempersiapkan hari tuanya sebagai tabungan kelangsungan harinya2 dengan 'Wedding Organizer- Sanggar Sangrina Bundo, Sanggar Bundo Kanduang’ yang dikelolanya hingga saat ini. Karena uni Elly, tahu betul resiko dunia yang sudah digelutinya ada masanya kapan dia harus berhenti. Selama masih dicintai dan disuka, baginya angka (Honor) adalah urusan ke-2 yang terpenting bernyanyi adalah kesenangan jiwanya ada kepuasan menghibur para pencintanya. Bila demikian maka Uni Elly terkadang sudah lupa usianya kalo sudah menjelang kepala 'Tujuh' dan mengaggapnya masih 'Tujuh Belas' candanya.

Sejumlah lagu2 nya Hits baik sebagai penyanyi Solo ataupun dipasangkan dengan Tiar Ramon, Yan Bastian, Syamsi Hasan atau sempat bergabung di Gumarang (Bapisah Bukannyo Bacarai,Nan Bagala/Reuni Gumarang-1971), The STEP'S tak jadi masalah baginya. Lagunya 'Kasiah tak Sampai, Mudiak Arau, Ai Lap Yu, Kusiah Bendi, Surek dari Rantau, Saganggam Piciang, Lubuak Buayo, Ruweh Jo Buku, Anak Minang, Saribu janji,Upiak Siti, Awak Tak Ajian, Nandeh, Kasiah Ndak Sampai,Kaparinyo,Si Bio-Bio,Tanah Jao,Garak Hati, Ratok Nan Tingga, Tarapuang Apuang, Ayam Den Lapeh,dll adalah sebagian yang sudah disampaikan untuk dicatat bahwa namanya masih menjadi 'Nomer satu' disingga sana Lagu-lagu Minang.

TRIO VISCA




Kelompok TRIO VISCA, terdiri dari tiga bersaudara ‘Winny (28 Agustus 1947), Ria (7 November'1948) & Widyawati (12 Juli 1950)’ dari orang tua ‘Aryati & Adisura’ yang sangat mencintai dunia seni. Ide awal terbentuknya Trio ini adalah seringnya mereka berkumpul bersama saat rayakan hari-hari besar ‘Lebaran dan acara ‘keluarga lainnya, ketiga bersaudara ini selalu diminta unjuk kebolehan didepan orang tua dan para kerabatnya untuk bernyanyi.

Lagu yang didendangkan adalah milik album Koes Bersaudara yang pada masa itu sangat digemari lagu2nya, seperti ‘Dara Manisku, dll. Suatu hari ibu Aryati berucap kepada ke tiga anak2nya ‘kenapa kalian tidak lebih serius’, atas dorongan ibu Aryati inilah yang memberi lampu hijau kepada anak2nya untuk terjun lebih profesional berkesenian dan akhirnya memulai langkahnya dari panggung ke panggung dan sering menghibur para Prajurit dimasa G 30 S PKI hingga akhirnya baru menyebrang di TVRI dan atas anjuran kakak Tertua 'Winny sehingga nama Trio Keluarga ini di Tasbihkan menjadi 'Trio VISCA'.

Trio Visca sendiri diambil dari zodiac masing-masing para personilnya, dimulai dari putri tertua ‘Winny/Virgo (suara II), kemudian putri keDua ‘Ria/Scorpio (suara III) & si Bontot ‘Widyawati/ Cancer (suara I). Album PH yang dikeluarkan dimasa thn.1967/1968, adalah 'Black Is Black‘ dan sempat menduduki urutan Tangga Lagu Radio pada masa itu lagu ‘Cempaka, Putus Di Ujung Tahun, Cinta Kasihku'. Album ini cukup digemari para pecinta musik Indonesia dan memberi warna baru Trio dimasa itu. Sayangnya sejak ‘Widyawati Sophiaan banting stir menjadi Bintang Film, kemudian ‘Winny Prastyo’ melanjutkan kuliah di IKJ dan ‘Ria Likumahua’ memilih bekerja di Bali Beach, maka pupuslah sudah harapan para pencintanya untuk berharap muncul album keDuanya dan benar-banar sebagai album perTama dan terAkhir.

Trio Visca, terakhir berReuni kembali bersama Komunitas Musik 60-70-80an di TVRI-2011 yang diprakarsai Alm.Moteh Mokoginta,Aida Mustafa & Sys NS 'dua' tahun lalu, kelompok ini masih terlihat fasih bernyanyi dan berlenggok memberi kejutan dan surprise kepada para pecintanya sejak vakum 45tahun silam dan adalah sajian luar biasa dari mereka setelah lama tak muncul untuk kita berikan aplaus atas kehadirannya disaat umur sudah senja sebagai pembuktian bahwa usia tak menghalangi kembali menyapa penggemarnya yang lama menantinya.

Trio ini tidak benar-benar mati dan bukan hanya menjadi bagian dari kisahnya bahwa Trio Visca pernah membuat sejarah tapi Trio ini masih selalu merindukan muncul, namun kesempatan belum berpihak padanya karena mereka sadar masanya sudah berakhir. Biarlah Trio Visca, menjadi ceritera kisah perjalanannya di masa lalu dan selalu akan menjadi catatan di musik Indonesia tertulis tinta emas keberadaannya dimasa sekarang.... Amin.

SANTI SARDI









SANTI SARDI

Adalah generasi ke V yang mewarisi bakat ‘Seni’ turun temurun yang dimulai dari buyutnya ‘ Moesa (generasi I) lahir anak ‘ Mak Bibah (Habibah-Generasi ke II) dan cucu Moesa bernama ‘ Khadijah (generasi ke III) yang menikah dengan ‘Mas Sardi melahirkan anak jenius ‘sang Maestro Idris Sardi (Generasi ke IV). Dan penerusnya ‘Santi,Lukman, Ajeng Triani Sardi.

Usia 4 tahun sudah terlibat di Film ‘Senyum Di Pagi Bulan Desember, arahan sutradara Wim Umboh bermain bersama ‘Soekarno M Noor, Kusno Sudjarwadi,Rachmat Hidajat, Rahayu Effendy dan Maruli Sitompul. Kehadirannya meramaikan Pemain Cilik setelah kemunculan ‘Astri Ivo,Rano Karno,Faradillah Sandy, Atiek Pasono, Andy Carol, dll, telah memberi pencerahan dengan akting naturalnya sebagai ‘Bunga’ di Film tersebut sehingga penghargaan sebagai Best Aktris Cilik FFI, PWI & FFA 1975 dinobatkan padanya. Keterlibatannya di Film ini adalah bukan karena Santi adalah anak dari Idris Sardi tapi karena semata-mata ajakan Wim Umboh yang berhasil membujuknya terlibat di film ini. Sebenarnya kata Santi, saat masih kecilnya sudah akrab dan sering diajak menginap dirumah Wim Umboh dan tidur seranjang berTiga dengan Paula Romokoy saat masih tinggal di jalan Pela-Jakarta Selatan. Itulah yang membuat kenapa Santi mau main Film karena mersa nyaman apalagi bersama pemeran lainnya yang bergantian menjaganya maupun menggendong dan santi senang-senang saja, bayangkan syuting Out door di Lembang yang udaranya sangat dingin santi hanya disuruh pake cawat lari-larian, baru menangis saat ada adegan bersama om-om (Sukarno M Noor,Rachmat Hidayat, Kusno Sudjarwadi) mandi dikali santi kedinginan dan takut tenggelam... heheheheheh akunya. Begitu pula saat mengisi suara (Dubbing) di PFN- Jl.Otista Raya, jakarta Timur untuk keperluan Film Senyum Di Pagi Bulan Desember , papa juga heran kok santi bisa padahal belum bisa membaca maklum usia santi baru 4 tahun dan saat syutingpun dibacakan dulu baru santi hapalin sama seperti dubbing.

Santi yang bernama Asli ‘Nour Risanti’ lahir di Jakarta, 3 juni 1969 dari orang tua Idris Sardi (75Tahun)dan mama Ita (62Tahun) dan adik-adik ‘Lukman Cahyadi Sardi & Nourisa Triani Sardi (Ajeng)’. Mereka berTiga telah digariskan menjadi anak-anak yang secara otomatis tanpa dikomando bakatnya sudah terAsah dari titisan darah seni nenek moyangnya sampai keTurunan ke Limanya , sampai hari ini papa Idris Sardi masih dengan Biola mautnya dan Lukman Sardi menjadi aktor masa depan atau sesekali Ajeng masih muncul di dunia film walaupun sampai hari ini masih mengajar musik piano disalah satu sekolah Musik dan Santi Sardi sendiri sepertinya sudah enggan untuk menyentuh dunia Akting dan mengucapkan sayonara untuk dunianya. Sepanjang karir film santi dari tahun 1974 antara lain,
Senyum Di Pagi Bulan Desember-1974/sutd.Wim Umboh
Melawan Badai-1974/sutd.Sofia WD
Selalu Di Hatiku-1975/sutd.Hasmanan,
Jangan Menangis Mama-1977/sutd.Sofia WD,
Satu Malam Dua Cinta-1978/sutd.Usman Effendy,
Cubit-cubitan-1979/sutd.Deddy Armand,
Demi Anakku-1979/sutd.Pietrajaya Burnama,
Kerinduan-1979/sutd.Deddy Armand,
Senyum Untuk Mama-1980/sutd. M Syarifuddin
Ibunda-1986/sutd.Teguh Karya.

Santi Sardi dimasa kanak-kanaknya pun dikenal sebagai penyanyi dimasa era 70’an ditanndai kemunculan Chicha Koeswoyo,Dina Mariana, Yoan Tanamal, sebenarnya menurut pengakuannya kemungkinan besar apakah santi duluan atau berbarengan dengan Chicha yang melempar album Helly/cipt.Nomo Koeswoyo dan santi juga menelorkan album perdananya ‘KeSekolah/cipt.Usman Bersaudara saat usianya baru 5 tahun setahun setelah selasai pembuatan film Senyum di Pagi Bulan Desember. Kemudian kembali santi hadir menyapa pecinta anak-anak lewat persembahan album ‘Menabung/cipt.Titiek Puspa (Feat ‘Titiek Puspa), saat peroses rekaman ini santi sudah sekolah Taman Kanak-kanak dan album ini meledak dan sangat terkenal dijagad raya Indonesia pada masanya sehingga nama santi dipadukan 2 kesatuan ya Penyanyi yang juga jago Akting. Santi berceritra’ sebenarnya papa Idris Sardi tidak pernah ikut campur dalam disetiap proyek film maupun album rekaman santi, coba perhatikan dan dibandingkan penyanyi atau bintang cilik lainnya selalu ada campur tangan orang tuanya tapi santi tidak sama sekali kecuali untuk urusan musik Film karena sifatnya kesatuan sebuah film papa pengisi musiknya. Papa selalu menegaskan bahwa ‘Pada dasarnya kami anak-anaknya harus mengerti terhadap diri sendiri dulu, kami bukan siapa-siapa karena Allah ciptakan manusia sama derajatnya, jangan merasa karena anak orang Top terus bertingkah, jadilah seperti biasa menjalani kodratnya sebagai manusia yang bisa berbaur di pergaulan baik tetangga, sekolah atau dimanapun tetap menjadi orang biasa setelah sudah dirumah’. Itulah ajaran dari papa, sehingga kami anaknya perlu tanamkan bahwa sanya ilmunya adalah bekal kami mandiri seperti ‘Ajeng Triani Sardi sangat bahagia dengan kehidupan keluarganya dengan satu anak ‘Eliszar (10Tahun) memilih musik piano pilihan hatinya, begitu pula ‘Lukman Sardi bersama dua buah hatinya ‘Akiva dan Akira’ tetap di dunia film walau pernah terlibat menyanyi di Reuni EKA SAPTA tahun 2008 dan pilihan anak-anaknya justru bukan memperdalam Biola seperti harapan kebanyakan orang menyayangkannya.

Kesuksesan santi lewat lagu Menabung, tentu saja seharusnya bergelimpangan Bonus atau Royalti dari penjualan albumnya yang laris manis dimasanya, tapi seperti yang dikatakan santi bahwa keikut sertaan santi terlibat baik di film maupun rekaman album diajak bukan karena nama besar orang tua dan soal uang adalah hitungan kesekian karena keterlibatan didunia seni murni santi yang mau itupun pernah ditegur papa saat santi lagi bete baru pulang sekolah om M Syarifuddin sang sutradara ajak santi syuting film Senyum Untuk Mama, papa menegur begini ‘ om itu jemput santi syuting dan sudah menunggu lama, om itu hanya mau santi yang main di filmnya, bagaimana?’. Begitu juga album santi tidak ada satupun diIsi musik oleh papa, bahkan album santi bervariasi dari ‘A Riyanto, Usman Bersaudara,Adhi Mantra sampe ke om Ireng Maulana’, karena papa tidak mau nanti masyarakat menuding idris Sardi menjual anaknya’. Album-album Santi Sardi semua diProduksi Musica Studio dan kedekatan santi dan papi Yamin (Ceng Lie) Widjaya sudah seperti orang tua sendiri dan sering menginap di Musica (dulu masih bersatu dengan rumah tinggal) dan mami Yamin sering belikan Gelang Emas diajak jalan dan makan di restoran mewah. Album Santi Sardi antara lain:
Kesekolah/cipt.Usman Bersaudara (Vol.1)-1975
Menabung/cipt.Titiek Puspa (feat’Titiek Puspa/Vol.2)-1976
Mama No. 1 Di Dunia /cipt.Titiek Puspa (Vol.3)-1977
Semut Hitam Semut Merah (Operet PAPIKO-Vol.1-2)-1977
Album Lagu-lagu Natal- 1978
Putri Jeruk/cipt.Ireng Maulana (Operet)-1978
Pergi Belajar/cipt.Adhi Mantra (Vol.4)-1979
Assalamu Alaekum/cipt.Mukriadi (Ketupat Lebaran)- 1980.

Memasuki tahun 1980, santi memilih stop baik berakting di Film maupun Rekaman album Pop Anak-anak apalagi album Pop Remaja tidak pernah terfikir karena sudah fokus ke sekolah hingga menyelesaikan SMA 70 Bulungan, selanjutkan kuliah di Univ. Trisakti D.3 Jurusan perHotelan dan pernah merasakan kerja di Bank Subentra dari tahun 1991-1998 membuat nama Santi Sardi benar-benar hilang. Terakhir om Steve (Teguh Karya) ajak dengan sedikit memaksa ajak santi main di Film ‘Ibunda-1986 yang sarat dengan pemain top-top seperti ‘Ayu Azhari,Tuti Indra Malaon,Niniek L Karim,Ria Irawan,Alex Komang,dll, adalah benar-benar film terakhir santi menyampaikan pengunduran dirinya dari dunia yang pernah bersinggungan sejak balita ‘ berjanji tak akan berminat melunakkan hatinya untuk menerima tawaran film. Sejak film ini santi sudah tidak tertarik kembali kedunia film dan memilih berbakti setelah papa ‘divorced’ bercerai dari mama ‘Marini’, otomatis semua kegiatan papa ‘santi yang handle merangkap sekretaris dan terlalu berfikir ke papa. Saat ini ingin menyelamatkan karya-karya papa yang bertaburan dibanyak Film sebagai illustrasi Musik maupun keterlibatan papa di recording, baik sebagai komposer maupun aransement adalah tugas Santi kumpulin agar kelak menunjukan ke anak-cucu bahwa kakeknya dulu adalah seniman tulen yang hidup memberi keindahan dalam kehidupan manusia hanya dengan Gesekan Biolanya. Semoga nama Idris Sardi bila kelak hari , tetap memberi Wangi di Bumi Persada ini setelah semua usianya diserahkan untuk musik dan pengabdiannya kepada Musik, Bangsa dan Negaranya..Amin

ADI BING SLAMET




 ADI BING SLAMET.
Penulis: Jose Choa Linge,

Saat pemunculannya, banyak yang memprediksi akan memberi pencerahan di musik Pop Anak-anak dan betul saja kehadirannya sangat memberi arti dikalangan penyanyi anak-anak wanita yang sudah terlebih dahulu mengisi peta musik lagu anak-anak.

Ferdinand Syah Albar begitulah nama yang terdaftar di KTP miliknya, mantan penyanyi anak-anak ini lahir di jakarta, 6 Maret 1967 adalah putra dari Aktor yang sarat julukan adalah ‘Bing Slamet’. Adi memulai debutnya lewat album ‘Mama/cipt.M Sani’, album ini masih belum memberi gempita yang sangat luar biasa dimana masa itu masih digempur ketenaran sepanjang ‘satu’ tahun lagu ‘Helly dan Si Kodok’ yang terus menerus mengudara di Radio2 seakan tak memberi ruang bagi Adi Bing Slamet menyusup dicelah-celahnya. Sekalipun demikian lagu ‘Mama’ adalah menyiratkan kisah seorang anak memberi kekuatan pada Bundanya atas kehilangan sang Ayah ‘Bing Slamet’ yang lebih dahulu berpulang ke pangkuan Illahi pada 18 Desember 1974. Adalah ceritera dari ‘Eddy Sjam’ seorang aranjer musik dan pengisi suara kicau Burung Beo pada lagu Burung Beo/cipt.Joko S dialbum ini, bahwa saat Adi penyelesaian lagu Mama dan Papa/cipt.Is Haryanto diStudio Remaco, Adi beberapa kali menangis mengenang sang Ayah dan tak kuasa menyelesaikan ke dua lagu ini untuk beberapa lama sehingga membuat seisi crew yang ada di studio ikut menitikan air mata haru.
Album keDuanya yang ‘Mak Inem Tukang Latah/cipt. Yanis alias Januar Ishak, bener2 mematahkan lagu Helly dan Si Kodok yang masanya sudah berakhir dan Chicha Koeswoyo maupun Yoan Tanamal sudah masuk kealbum selanjautnya. Kekonyolan Adi membawakan lagu ini sangat menyita perhatian para anak-anak Indonesia dan bahkan secara universal lagu ini cukup memberi angin segar dengan tema yang lain dari yang lain ‘Jenaka’ dan itu kelebihan albumnya. Adi Bing Slamet menjadi sangat terkenal dan dengan sendirinya tidak tersaingi oleh siapapun dimasanya. Kelebihan Adi, dia menggabungkan seni suara dan akting secara alami yang diwariskan sang bapak, album demi album dia hasilkan seperti Jeruk Asem/cipt.Harry Van Hove, Mumpung/cipt.M Sani, Koboy Cilik/cipt.Mukriadi, Bing/cipt.Titiek Puspa, Dodolipet/cipt. Janis , Bala-bala/cipt.Djoko S, Dada Dudu/cipt.Joko S, Sepatu Pangeran/cipt.NN, Cita-cita Ngawur/cipt.Harry Van Hope,Siapa Lagi/cipt.M Sani,Kukuruyuk/cipt.Adrian,Pesta Joget/cipt.Muctar B, dll rata2 meraih pintu sukses.
Adi Bing Slamet menjadi rebutan para rekan-rekan penyanyi cilik lainnya untuk bernyanyi berduet setelah keberhasilan album duet ‘ Adi Bing Slamet & Chicha Koeswoyo 'Mau Kemana/cipt.Nomo Koeswoyo’ yang mampu menyihir semua pencintanya dan tentunya hasilkan pundi-pundi bagi produsernya. Kemunculan duet mereka tercium para produser yang melihat peluang besar apalagi penyanyi anak-anak wanita lainnya merengek minta juga diduetkan maka jadilah ‘Ira Maya Sopha, Fitria Elvy Sukaesih, Dina Mariana, Diana Papilaya, Sandra Dewi, Liza Tanzil, Viens Is Haryanto,Iyut Bing Slamet dan Diana Liza mengikuti jejak duet ‘Adi & Chicha’ dan rata album2 duet mereka berhasil dipasaran. Sebenarnya dimasa itu penyanyi pria lainnya sudah ada yang muncul seperti Bobby sandhora Muchsin, Roy Adam, Angga Yok Koeswoyo, Taka Rita Zahara, Fachrul Rozi, Handy Brata & Ari A Riyanto, namun hanya Bobby, Ari dan Angga yang bertahan membayangi Adi Bing Slamet sebagai penyanyi pria anak-anak dimasa itu dan lainnya hanya rata-rata hasilkan album 1 atau 2 volume dan setelahnya lenyap dan lebih memilih dunia film dari pada berkompetisi sama Adi Bing Slamet, Bobby Sandhora, Ari A Riyanto & Donna Sumarna yang berjaya sebagai penyanyi pria anak-anak.

Bakat akting Adi Bing Slamet, sungguh sebuah anugerah Illahi yang dititiskan sang Ayah ‘Bing’ padanya tanpa sempat mengajarkan banyak hal pada keTiga anaknya yang masih kecil seperti ‘Uci, Adi dan Iyut Bing Slamet dan berpesan kepada ‘Eddy Sud’ untuk menjaganya, membimbingnya ke dunia seni bila kelak tiba saatnya ‘Bing’ menutup mata akhirnya. Titipan amanat sahabatnya dipenuhi dan disaat mana dan kemanapun Adi selalu ditemani sang mama atau Eddy Sud, Adi Bing Slamet sudah hadir disejumlah Film yang beragam Tema mengesplorasi aktingnya tanpa ada beban baik sebagai anak yang tertindas, super nakal, konyol, dan lain sebagainya. Dikemudian hari Eddy Sud memenuhi kembali janjinya pada sahabatnya almarhum ‘Bing’ mengorbitkan anak-anaknya dimulai lagi dengan Iyut Bing Slamet dengan debutnya ‘Scooby Doo/cipt.Djoko S’ dan Uci Bing Slamet dengan ‘Bukit Berbunga/cipt.Yonas Pareira’.

Dunia Akting akhirnya membawa Adi sudah terlibat di Film ‘Ateng Kaya Mendadak-1975/std.Pietrajaya Burnama (bersm’Kwartet Jaya, Vivi sumanti,Ernie Djohan), Tiga Sekawan-1975/std.Chaerul Umam (bersm’Kwartet Jaya, Vivi sumanti,Ernie Djohan,KrisBiantoro), kemudian Adi Bing Slamet menjadi pemeran Utama dalam Film Anak Emas-1976/std.Lilik Sudjio (bersm’Yatni Ardi,Bagus Santoso, Fitria Elvy Sukaesih), Cinta Kasih mama-1976/std.Sisworo Gautama (bersm’Yatie Octavia,Fitria Elvy Sukaesih), Koboy Cilik-1977/std’ Eddy Sud, Bagio S, Darto Helm),Sinyo Adi-1977/std.Lilik Sudjio (brsm’Yatni Ardi,Eddy Sud,Laila sari). Kemudian Adi mengalami masa akil balik dan sudah menyentuh film bertema cinta-cinta-an seperti ‘Tomboy-1981/std’Djun Saptohadi (bersm’Happy Pretty), Merpati Tak Pernah Ingkar Janji-1986/std.Wim Umboh (bersama ’Paramitha Rusadi, Nia Zulkarnaen,Iyut BS, Sivana Herman) dan Aku Benci Kamu-1987/strd.Wim Umboh (bersm’Paramitha Rusady,Nia Zulkarnaen, Iyut BS, Sylavana Herman).

Kemunculan album Remaja dimulai dari ‘Menjelang Remaja, Disco Medley, kemudian muncul membawakan lagu re pack dari album Hits Nia Daniati ‘Kaula Segalanya/cipt.Rinto Harahap dan benar-benar meraih Hits pada album ‘Kau Dan Aku/cipt. Rinto Harahap,sayangnya album2 setelahnya tak mampu meraih sukses ‘Jumpa Lagi/cipt.Arche Rampengan, Mari Kita Goyang Dunia/cipt.Rinto harahap,Juwita/cipt. Djanuar Ishak,Bunga-Bunga Cinta/cipt.Soendakh,Untukmu Remaja/ciptEmier,Marlina/cipt.Soetedjo, Birunya Rinduku/cipt.Obbie Messakh, Saat Yang Indah/cipt.Adi BS, Suntuk/cipt. Yan Bing Slamet dan terakhir sekali Adi hadir di tahun 2011 hasilkan album Single Religi ‘Kedamaian Hati/cipt.Adi BS. Demikian pulak album Remaja berduet bersama sejawatnya semasa kanak-kanaknya berlanjut diusia Remaja baik kepada ‘Chicha Koeswoyo, Ira Maya Sopha maupun Iyut Bing Slamet, cukup memberi arti di peta musik indonesia bahwa masa kanak-kanak tak pernah terputus bersama sesama penyanyi anak-anak lainnya masih terjalin keakraban dan tidak menampik bila kembali ada produser yang berminat dipasangkan kembali sebagai penyaniyi duet mengulang kesuksesan album duet mereka.

Adi Bing Slamet yang menikahi istrinya ‘Nurjanah’ sampe saat ini baik-baik saja arungi bahtera Rumah tangga dan terhindar gosip yang rentan bagi kalangan artis populer semacam pasangan ini, kehadiran anak-anaknya 'Ratna Kharisma Adzana, Keino Abijan & Ratna Kaidah Sarati' pun sudah mulai merambah ke Musik dan dunia sinetron. Begitu pula Adi Bing Slamet sebagai Host, Juri Tamu ‘Idola Cilik’ & bermain disejumlah Sinetron kejar Tayang seperti: Entong Santri Cilik & Jagoan Wushu', dll. Itulah pembuktiannya bahwa Talenta Adi Bing Slamet tak pernah berhenti di dunia yang semasih kecil sudah dilakoninya dan tak mungkin untuk rehat dan berpindah ke lain hati yang bukan jalur seni, sekalipun pernah membuka usaha Coffe Shop di daerah Bekasi, namun naluri seninya tak pernah berdusta bahwa jiwanya ada disana dan tak ingin dia menjauh lama2 karena darahnya sudah di aliri Seni di seluruh sendi-sendinya dan tak mungkin bisa dihindarinya,
Adi Bing Slamet belum lama (Thn.2016) ini muncul di acara Golden Memory di Televisi Indosiar bersama sama sang adik Iyut Bing Slamet, kemunculannya sebagai salam Rindunya kepada Pencintanya bahwa dunia Seni Suara tak berniat ditinggalkannya dan dia percaya dunia seni Suara & Akting adalah kehidupannya sampai menutup mata akhirnya seperti sang Ayah pergi menghadap sang khalik untuk dicatatkan Bangsanya sebagai pahlawan Seni itulah yang diinginkannya, amiiiiiiiin.

Saat pemunculannya, banyak yang memprediksi akan memberi pencerahan di musik Pop Anak-anak dan betul saja kehadirannya sangat memberi arti dikalangan penyanyi anak-anak wanita yang sudah terlebih dahulu mengisi peta musik lagu anak-anak.

Ferdinand Syah Albar begitulah nama yang terdaftar di KTP miliknya, mantan penyanyi anak-anak ini lahir di jakarta, 6 maret 1967 adalah putra dari Aktor yang sarat julukan adalah ‘Bing Slamet’. Adi memulai debutnya lewat album ‘Mama/cipt.M Sani’, album ini masih belum memberi gempita yang sangat luar biasa dimana masa itu masih digempur ketenaran sepanjan ‘satu’ tahun lagu ‘Helly dan Si Kodok’ yang terus menerus mengudara di Radio2 seakan tak memberi ruang bagi Adi Bing Slamet menyusup dicelah-celahnya. Sekalipun demikian lagu ‘Mama’ adalah menyiratkan kisah seorang anak memberi kekuatan pada Bundanya atas kehilangan sang Ayah ‘Bing Slamet’ yang lebih dahulu berpulang ke pangkuan Illahi pada 18 Desember 1974. Adalah ceritra dari ‘Eddy Sjam’ seorang aranjer musik dan pengisi suara kicau Beo pada lagu Burung Beo/cipt.Joko S dialbum ini, bahwa saat Adi penyelesaian lagu Mama dan Papa/cipt.Is Haryanto diStudio Remaco, Adi beberapa kali menangis mengenang sang Ayah dan tak kuasa menyelesaikan ke dua lagu ini untuk beberapa lama sehingga membuat seisi crew yang ada di studio ikut menitikan air mata haru.

Album keDuanya yang ‘Mak Inem Tukang Latah/cipt. Yanis alias Januar Ishak, bener2 mematahkan lagu Helly dan Si Kodok yang masanya sudah berakhir dan Chicha Koeswoyo maupun Yoan Tanamal sudah masuk kealbum selanjautnya. Kekonyolan Adi membawakan lagu ini sangat menyita perhatian para anak-anak Indonesia dan bahkan secara universal lagu ini cukup memberi angin segar dengan tema yang lain dari yang lain ‘Jenaka’ dan itu kelebihan albumnya. Adi Bing Slamet menjadi sangat terkenal dan dengan sendirinya tidak tersaingi oleh siapapun dimasanya. Kelebihan Adi, dia menggabungkan seni suara dan akting secara alami yang diwariskan sang bapak, album demi album dia hasilkan seperti Jeruk Asem/cipt.Hary Van Hope, Mumpung/cipt.M Sani, Koboy Cilik/cipt.Mukriadi, Bing/cipt.Titiek Puspa, Dodolipet/cipt. Janis , Bala-bala/cipt.Djoko S, Dada Dudu/cipt.Joko S, Sepatu Pangeran/cipt.NN, Cita-cita Ngawur/cipt.Harry Van Hope,Siapa Lagi/cipt.M Sani,Kukuruyuk/cipt.Adrian,Pesta Joget/cipt.Muctar B, dll rata2 meraih pintu sukses, demikian pula Adi meraih sukses dengan album Operet ‘Jendral Kancil’ nama Adi bing slamet tak pernah lepas dari kejaran anak-anak pencintanya yang mengaguminya.

Adi Bing Slamet menjadi rebutan para rekan-rekan penyanyi cilik lainnya untuk bernyanyi berduet setelah keberhasilan album duet ‘ Adi & Chicha Koeswoyo /cipt.Nomo Koeswoyo’ yang mampu menyihir semua pencintanya dan tentunya hasilkan pundi-pundi bagi produsernya. Kemunculan duet mereka tercium para produser yang melihat peluang besar apalagi penyanyi anak-anak wanita lainnya merengek minta juga diduetkan maka jadilah ‘Ira Maya Sopha, Fitria Elvy Sukaesih, Dina Mariana, Diana Papilaya, Sandra Dewi, Liza Tanzil, Viens Is Haryanto,Iyut Bing Slamet dan Diana Liza mengikuti jejak duet ‘Adi & Chicha’ dan rata album2 duet mereka berhasil dipasaran. Sebenarnya dimasa itu penyanyi pria lainnya sudah ada yang muncul seperti Bobby sandhora Muchsin, Roy Adam, Angga Yok Koeswoyo, Ari A. Riyanto, sikembar ‘Donny-Donna Sumarna,Taka Rita Zahara, Fachrul Rozi, Handy Brata, namun hanya Bobby dan Angga yang bertahan membayangi Adi Bing Slamet sebagai penyanyi pria anak-anak dimasa itu dan lainnya hanya rata-rata hasilkan album 1 atau 2 volume dan setelahnya lenyap dan lebih memilih dunia film dari pada berkompetisi sama ‘Adi Bing Slamet, Bobby Sandhora, Donna Sumarna, Ari A.Riyanto & Angga Yok Koeswoyo yang berjaya sebagai penyanyi pria anak-anak.

Bakat akting Adi Bing Slamet, sungguh sebuah anugerah Illahi yang dititiskan sang Ayah ‘Bing’ padanya tanpa sempat mengajarkan banyak hal pada keTiga anaknya yang masih kecil seperti ‘Uci, Adi dan Iyut Bing Slamet dan berpesan kepada ‘Eddy Sud’ untuk menjaganya, membimbingnya ke dunia seni bila kelak tiba saatnya ‘Bing’ menutup mata akhirnya. Titipan amanat sahabatnya dipenuhi dan disaat mana dan kemanapun Adi selalu ditemani sang mama atau Eddy Sud, Adi Bing Slamet sudah hadir disejumlah Film yang beragam Tema mengesplorasi aktingnya tanpa ada beban baik sebagai anak yang tertindas, super nakal, konyol, dan lain sebagainya. Dikemudian hari Eddy Sud memenuhi kembali janjinya pada sahabatnya almarhum ‘Bing’ mengorbitkan anak-anaknya dimulai lagi dengan Iyut Bing Slamet dengan debutnya ‘Scooby Doo/cipt.Djoko S’ dan Uci Bing Slamet dengan ‘Bukit Berbunga/cipt.Yonas Paraira’.

Dunia Akting akhirnya membawa Adi sudah terlibat di Film ‘Ateng Kaya Mendadak-1975/std.Pietrajaya Burnama (bersm’Kwartet Jaya, Vivi sumanti,Ernie Djohan), Tiga Sekawan-1975/std.Chaerul Umam (bersm’Kwartet Jaya, Vivi sumanti,Ernie Djohan,KrisBiantoro), kemudian Adi Bing Slamet menjadi pemeran Utama dalam Film Anak Emas-1976/std.Lilik Sudjio (bersm’Yatni Ardi,Bagus Santoso, Fitria Elvy Sukaesih), Cinta Kasih mama-1976/std.Sisworo Gautama (bersm’Yatie Octavia,Fitria Elvy Sukaesih), Koboy Cilik-1977/std’ Eddy Sud, Bagio S, Darto Helm),Sinyo Adi-1977/std.Lilik Sudjio (brsm’Yatni Ardi,Eddy Sud,Laila sari). Kemudian Adi mengalami masa akil balik dan sudah menyentuh film bertema cinta-cinta-an seperti ‘Tomboy-1981/std’Djun Saptohadi (bersm’Happy Pretty), Merpati Tak Pernah Ingkar Janji-1986/std.Wim Umboh (berm’paramitha Rusadi, Nia Zulkarnaen,Iyut BS, Sivana Herman) dan Aku Benci Kamu-1987/std.Wim Umboh (bersm’Paramitha Rusady,Nia Zulkarnaen, Iyut BS, Sylavana Herman).

Kemunculan album Remaja dimulai dari ‘Menjelang Remaja, Disco Medley, kemudian muncul membawakan lagu re pack dari album Hits Nia Daniati ‘Kaula Segalanya/cipt.Rinto Harahap dan benar-benar meraih Hits pada album ‘Kau Dan Aku/cipt. Rinto Harahap,sayangnya album2 setelahnya tak mampu meraih sukses ‘Jumpa Lagi/cipt.Arche R, Mari Kita Goyang Dunia/cipt.Rinto harahap,Juwita/cipt.Januar Ishak,Bunga-Bunga Cinta/cipt.Soendakh,Untukmu Remaja/ciptEmier,Marlina/cipt.Soetedjo, Birunya Rinduku/cipt.Obbie Messakh, Saat Yang Indah/cipt.Adi BS, Suntuk/cipt. Yan BS dan terakhir sekali Adi hadir di tahun 2011 hasilkan album Single Religi ‘Kedamaian Hati/cipt.Adi BS. Demikian pulak album Remaja berduet bersama sejawatnya semasa kanak-kanaknya berlanjut diusia Remaja baik kepada ‘Chicha Koeswoyo, Ira Maya Sopha maupun Iyut Bing Slamet, cukup memberi arti di peta musik indonesia bahwa masa kanak-kanak tak pernah terputus bersama sesama penyanyi anak-anak lainnya masih terjalin keakraban dan tidak menampik bila kembali ada produser yang berminat dipasangkan kembali sebagai penyaniyi duet mengulang kesuksesan album duet mereka.

Adi Bing Slamet yang menikahi istrinya ‘Nurjannah’ sampe saat ini baik-baik saja arungi bahtera Rumah tangga dan terhindar gosip yang rentan bagi kalangan artis populer semacam pasangan ini, kehadiran anak-anaknya pun sudah mulai merambah ke Musik dan dunia sinetron. Begitu pula Adi Bing Slamet sebagai Host dan Juri Tamu ‘Idola Cilik’ dll itulah pembuktiannya bahwa Talenta Adi Bing Slamet tak pernah berhenti di dunia yang semasih kecil sudah dilakoninya dan tak mungkin untuk rehat dan berpindah ke lain hati yang bukan jalur seni. Darahnya sudah di aliri Seni di seluruh sendi-sendinya dan tak mungkin bisa dihindarinya, Adi percaya dunia seni adalah kehidupannya sampai menutup mata akhirnya seperti sang Ayah pergi menghadap sang halik untuk dicatatkan Bangsanya sebagai pahlawan Seni itulah yang diinginkannya, amin.

JUNAEDY SALAT

Dia si ALI TOPAN,
Yang terHEMPAS sebagai ANAK JALANAN,
Datang keIBU KOTA,
Taklukkan keANGKUHAN,
Mencari jati DIRI,

TUHAN telah BerkatiNYA...
Pria perantau dari kota Lampung kelahiran Tahun 1950 ini pada awalnya hanya seorang pemuda yang akrab dipanggil “Jun” bekerja sebagai penunggu Taman Ismail Marzuki (TIM) sambil bersekolah, usaha untuk taklukan kota Jakarta ditunjukannya bahwa kelak akan bisa seperti apa yang kita mau bila berusaha. Karena kedekatannya dilingkungan senilah yang membawanya terseret ke dunia Film. Modal Ganteng, kejujuran, rendah hati dan ikhtiar sudah cukuplah baginya sebagai modal,oleh Rahayu Effendy mengajaknya untuk berakting di film Aku Tak Berdosa-1972/sutradara SA Karim bersama’ Dewi Puspa, Dudy Iskandar. Dua tahun kemudian kariernya kembali sebagai pemeran utama di film keDuanya lewat Film Susanna/sutradara BZ Kadaryono dipasangkan dengan Jenny Rachman.

Tahun 1977 adalah tahun keberuntungannya saat menang audisi/casting sebagai 'Ali Topan' dalam Film Ali Topan Anak Jalanan adaptasi dari sebuah Novel popular dimasanya yang ditulisTeguh Esa. Nama JUNAEDY SALAT jadi pusat pembicaraan atas keberhasilannya memerankan sosok pemuda pemberontak yang besar dijalanan karena mendapatkan ketidak adilan dalam suasana rumah. Sayangnya untuk seri 'Ali Topan Detektif Partikelir Turun ke Jalan' peran Ali Topan diserahkan kepada pemeran baru yakni 'Widi Santoso' karena rujukan dari Teguh Esha yang menurutnya sosok Ali Topan lebih pas oleh Widi Santoso dari pada Junaedy Salat. Film yang disutradarai Abrar Siregar ini sekalipun menyisipkan nama besar Roy Marten, Rudy Salam,Joice Erna, film ini merugi. Nama Junaedy Salat tetap melaju sebagai salah satu Bintang Remaja dibawah Rano Karno dan Herman Felani namun namanya tetap tidak pernah luntur dan banyak hasilkan film baik sebagai pemeran Utama maupun sebagai Pemeran pembantu tak masalah baginya.
Persahabatannya dengan Mas Guruh Soekarno Putra, Keenan Nasution dan Chrisye, Jocky Soeryoprayogo,dll sehingga membawanya terlibat di Musik dan cukup banyak karyanya sebagai pencipta dinyanyikan penyanyi Wanita dan Pria dimasa itu. Adalah 'Gito Rollies,Nani Sugianto,Lydia Kandou,Vonny Sumlang, Chrisye, Swara Maharddhika, Lydia Natalia, dll adalah sebahagian penyanyi yang pernah bawakan lagu ciptaannya dan juga pernah merekam album solonya antara lain 'Joni Teler, Burung Camar, Kehidupan. Menurut pemilik Studio 26 ibu ‘Ati Ganda’ bahwa Junaedy Salat merupakan salah satu penggagas berdirinya kelompok Swara Maharddhika bersama mas Guruh Sukarno Putra. Mas ‘Jun juga menuliskan beberapa lagu yang dibuat khusus Swara Maharddhika , untuk Film dan Artis2 pada waktu itu, Kak Jun juga merupakan motor berdirinya band SWADITRA ( Swara Maharddhika Putra ) baik disaat mas’Guruh sakit atau tidak bisa hadir dalam suatu pertunjukan SM, maka yang mendampingi anak-anak SM ada Kak Jonny Lantang dan kak Junaedi Salat.

Junaedi Salat, menikah dengan salah satu anggota Swara Maharddhika bernama ‘Mauli Sondang S’ panggilan akrabnya “Moly” aktif di Grup Swara Maharddhika sebagai pemain Piano. Pernikahan yang berbeda keyakinan ini diambang kehancuran dan tidak menemukan kebahagiaan, setiap hari hanya pertengkaran dan saling cekcok. Walaupun demikian, antara ‘Jun dan Moly’ tetap mempertahankan keutuhan rumah tangganya sampai dikarunia 2 orang putra. Disaat Pernikahannya diambang kehancuran dan ‘Jun tdak menemukan kebahagiaan, setiap hari hanya pertengkaran dan permusuhan. Sehingga suatu hari 'Junaedy Salat' sedang memarkir kendaraannya tiba2 dia melihat sosok ‘Isa’ duduk disampingnya dan kemudian dia yakini 'Tuhan' dan berIkrar tepat di hari Natal tahun.1984 telah menjadi pengikut Kristiani pilihan hidupnya. Sayangnya Istri tercintanya ‘Moly beberapa tahun lalu sudah dipanggil Tuhan, kehilangan istri adalah pukulan berat baginya dan terbayangkan disaat Tuhan kasih waktu bersama mereka buang sia-sia dengan permusuhan. Disaat masa kebersamaan Tuhan hanya kasih waktu sedikit rasakan manisnya mahligai Rumah Tangga, rasanya ‘Jun terlalu singkat reguk kebahagiaan bersama istri tercinta, tapi ‘Jun percaya Tuhan punya rencana lain padanya. Kini kebahagiaan Rohaninya sudah dia temukan sebagai ‘Anak Tuhan’ dan sering mengabarkan berita suka cita kepada Manusia sebagai penyeimbang hidup untuk bekal nanti, dunia selebriti sudah semakin jauh ditinggalkannya... Tuhan Berkatimu!!